Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2019

BALADA KADAL GURUN

Gambar
Kadal Gurun ( Wikipedia ) Tahun 2009 Megawati dan Prabowo berpasangan maju sebagai capres dan cawapres. PDIP + Gerindra. Nasionalis plus nasionalis. (Ada yang menyebut 'abangan' plus 'abangan', tapi istilah itu tidak saya pakai karena sudah tidak populer lagi, rentan menimbulkan salah pengertian). Kalah memang waktu itu, tapi karena belum waktunya menang saja. Walaupun kalah, keduanya berhasil meletakkan dasar untuk arah politik Indonesia berikutnya.  Dengan berbagai manuver yang bagus, akhirnya tahun 2014 yang maju capres adalah Jokowi dan Prabowo. PDIP versus Gerindra. Nasionalis vs nasionalis. Tidak ada calon lain. "Kok kayak 'all abangan final'?" celetuk teman saya, teringat kalau pas final kejuaraan bulutangkis yang masuk final sama-sama pemain Indonesia, reporter tivi sering menyebutnya dengan bangga: all indonesian final.   Siapapun yang menang jadi presiden, Jokowi atau Prabowo, pemenangnya sama-sama PDIP atau Ger

TIDAK ADA YANG SALAH DENGAN INDONESIA

Gambar
Screenshot dari postingan curhat Melanie Subono ini beredar di media sosial, dan saya jadi gemes membacanya. Eyang, apa yang salah sama Indonesia? Mbak'e... tidak ada yang salah dengan Indonesia, sampeyan aja yang baper. Sebentar, menanggapi curhatan mbak Melanie ini saya mau cerita dulu kejadian lama, mungkin bisa jadi ilustrasi. Waktu masih SMA, saya pernah jalan-jalan (jalan kaki beneran) ala hippies dari jombang ke batu terus ke pandaan balik ke jombang, bersama teman saya namanya AF (maaf pakai inisial, kasian soalnya kalau doi sampai terkenal). AF ini anak NU banget, kalau saya kan biasa-biasa saja. Alim, rajin ngaji dia, beda sama saya. Rajin tahlilan juga. Saya sebut ini karena sekarang NU kan dikenal toleran sama non muslim katanya. Dalam perjalanan saya sempat mengajak AF untuk mampir bermalam di rumah paman saya. Lumayan daripada tidur kedinginan di tenda lagi, dan untuk perbaikan gizilah setelah beberapa hari makan ala kadarnya. Saya sudah kasih tahu ba

Anak Adalah Amanah

Bagi orangtua, anak adalah amanah.  Tergantung bagaimana dia mendidik anaknya, kelak anak itu akan membawanya ke surga atau neraka. Bagi dokter, pasien adalah amanah. Tergantung bagaimana dia menangani pasiennya, kelak pasien itu akan membawanya ke surga atau neraka.  Jangan berharap mendapat amanah sebanyak-banyaknya. Jangan iri dengan amanah yang didapat orang lain. Tapi berdoalah agar dicukupkan dengan amanah yang sesuai dengan kemampuan, dan dikaruniai kemampuan untuk mengelola amanah sebaik-baiknya.  Jalan rezeki tidak selalu sejajar dengan amanah yang kita terima. Tugas kita sebagai hamba adalah bekerja dengan tulus dan profesional, hingga kelak datang saatnya 'pembagian jasa medis' dari Yang Maha Kuasa. _____________________________________________  Dan tugas Pemerintah dan BPJS, kalau rakyat sudah dilayani dengan baik kesehatannya, maka bayarlah jerih payah tenaga kesehatan dengan segera tanpa menunda-nunda.  Kecuali kalau anda tidak takut bahwa Tuhan juga